22.31

Waduh, Industri Otomotif Mulai “Sedikit Gerah”

Rencana kenaikan harga gas produksi oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sebesar 15 persen per 1 April 2010 untuk wilayah Jawa Barat mulai menuai tekanan. Salah satunya, industri otomotif nasional yang juga konsumen gas untuk kegiatan industri. Karena, kebanyakan lokasi industri kendaraan bermotor berada di Jawa Barat. Saat ini, industri otomotif masih dihantui tekanan lain seperti rencana kenaikan harga tarif dasar listrik, bahan baku baja, peningkatan suku bunga, dan pajak kendaraan. Semua hal ini, diperkirakan akan mulai sedikit banyak mengganggu pasar otomotif nasional pada semester kedua tahun ini. Sudirman Maman Rusdi selaku Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menjelaskan, kenaikkan listrik dan gas tentu akan berpengaruh pada biaya produksi pabrik mobil di Indonesia. Namun, seberapa besar dampak yang dipengaruhi hingga kini masih belum bisa diinformasikan. “Tapi yang pasti kami belum putuskan apakah akan menaikkan harga jual mobil. Sejauh ini kami masih menghitung besarannya,” ujar Sudirman di Jakarta, (30/3/2010). Terkait konsumsi bahan bakar gas di industri otomotif, Sudirman menjelaskan, penggunaan biasanya untuk proses pembakaran pada waktu proses pengecatan. Selain itu, rencana kenaikan baja sebagai bahan baku utama mobil juga dipastikan mendongkrak biaya produksi (baca, Kompas.com : Harga Baja Naik, Harga Mobil Juga Bakal Naik, 27/3/2010), Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan menambahkan, pabrikan di Indonesia tetap akan mengedepankan kepentingan konsumen di atas segalanya. Meski tertekan berbagai situasi yang ada, opsi menaikkan harga tetap menjadi jalan terakhir. “Industri harus tetap dan akan memberikan pemasukan negara, tenaga kerja aman dari layoff (PHK) dan lainnya. Kenapa TDL naik, baja naik, dan gas industri di Jawa Barat naik? Kami akan lihat sejauh mana kenaikannya. Kalau tidak memungkinkan dan kenaikannya keras, dan setelah dikalkulasi ternyata tak bisa diserap, tentu harga akan naik,” ujar Johnny. Saat ini, lanjut Johnny, pihak prinsipal Jepang meminta agar Toyota menaikkan harga jual produknya pada tahun ini. Namun, TAM selaku ATPM harus tetap mempertimbangkan kondisi daya beli masyarakat Indonesia serta posisi sebagai penentu harga (price leader) di pasar otomotif nasional. “Sampai saat ini kami tidak menaikkan harga kecuali karena faktor pajak bea balik nama. Kami tetap ingin memberikan harga terbaik bagi konsumen. Kalau kenaikan sudah tidak dapat ditahan, bisa saja program-program diskon yang ada saat ini, bisa dikurangi atau dihapus,” tukasnya. Tetap Optimis Meski hembusan angin negatif mulai menerpa, tak membuat pelaku bisnis pesimis terhadap kinerja pasar mobil nasional hingga akhir tahun ini. Sudirman menambahkan, tekanan kepada industri mobil berpotensi terjadi pada semester II-2010. Namun, melihat gejolak pasar yang terjadi pada dua bulan pertama tahun ini, pasar otomotif nasional tetap akan berjalan dengan baik. Pasalnya, ada tren rutin yang bisa terjadi, di mana dalam enam bulan pertama penjualan mobil akan berkontribusi dari 45 persen total pasar sepanjang tahun. Sementara sisa 55 persen akan dikontribusikan pada semester kedua tahun selanjutnya. “Kalau kita lihat tahun 2008, situasinya mirip dengan tahun ini banyak terhembus isyu-isyu negatif. Tapi tetap saja penjualan bagus, tahun ini saya pikir demikian juga. Namun, bisa juga terbalik di semester I menyumbang 55 persen, dan sisanya 45 persen,” papar Sudirman. Data penjualan mobil di Indonesia (2004-2010) Tahun Volume/Unit 2004 483.000 2005 553.917 2006 318.904 2007 433.341 2008 603.774 2009 483.548 2010 560.000-600.000* Sumber: Gaikindo *proyeksi

0 komentar:

Posting Komentar