02.53

MAJU NEGERIKU.. Dukungan Kesepakatan Peduli Bumi di Cibodas

Berbagai balon satwa dilindungi dipasang di pinggir jalan saat aktivis ProFauna melakukan kampanye memperingati Hari Bumi di Kota Malang, Rabu (21/4). Untuk menekan deforestasi hutan alam, ProFauna menyerukan agar masyarakat hemat menggunakan kertas dan minyak sawit .

TERKAIT:

CIBODAS – Organisasi Pencinta Lingkungan Vanaprastha yang dipimpin mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, Jumat (23/4/2010) di Cibodas, Jawa Barat, seusai menggelar diskusi bertajuk Kita Peduli Bumi, dengan pembicara antara lain Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Dewan Pertimbangan Presiden Meutia Hatta Swasono, berhasil menelurkan Kesepakatan Bersama.

Bumi kita tak cantik lagi. Pencemaran terjadi di mana-mana.
– Gusti Muhammad Hatta

“Kesepakatan Bersama yang ditandatangani Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Dewan Pertimbangan Presiden Meutia Hatta Swasono, dan puluhan organisasi pecinta lingkungan dari berbagai kota, seperti Wanadri, Vanaprastha, Mapala UI, dan termasuk wartawan peduli lingkungan, akan dikirimkan kepada seluruh negara yang punya perwakilan di Indonesia,” kata Ketua Umum Vanaprastha, Adhyaksa Dault.

Kesepakatan Bersama dalam rangka peringatan Hari Bumi se-Dunia 22 April 2010 itu berbunyi sebagai berikut: “Kami segenap putra-putri Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu dari negara yang menjadi paru-paru dunia , maka dengan ini kami sepakat akan menjaga kelestarian bumi Indonesia demi Tanah Air untuk keselamatan dunia. Kesepakatan Bersama ini ditandatangani pada tanggal 23 April 2010, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.”

Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menyambut baik adanya Kesepakatan Bersama yang diprakarsai Vanaprastha ini, sebagai komitmen dan tekad bersama untuk menjaga kelastarian bumi Indonesia, demi Tanah Air untuk ke selamatan dunia.

“Menurut hemat saya, bumi kita tak cantik lagi. Pencemaran terjadi di mana-mana. Sumber-sumber air sudah banyak yang rusak. Pulau Jawa cakupan hutannya hanya tinggal 10 persen, seharusnya minimal 30 persen cakupan hutannnya. Kalimantan cakupan hutannya 44 persen. Frekuensi bencana banjir dan tanah longsor, dari data yang ada, terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan musim kemarau pun bertambah panjang,” katanya.

“Pemanasan global sudah mulai. Itu akibat kesalahan kita sendiri. Hutan ditebang dijadikan kebun kepala sawit. Kasus di Kalimantan, hanya 19 perusahaan yang punya izin perkebunan sawit, 42 perusahaan tidak memiliki izin. Ini bukti lemahnya pengawasan. Kenyataan ini membuat saya sedih,” tandasnya.

Meutia Hatta Swasono juga mendukung Kesepakatan Bersama ini untuk menjaga bumi dari kerusakan lingkungan. “Bumi adalah pinjaman dari generasi mendatang. Karena itu, kita wajib mengkonservasi dan memperbaiki lingkungan bumi yang rusak. Upaya konservasi dan perbaikan ini harus diniatkan sebagai ibadah. Menjaga hutan harus dijadikan ibadah,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar